Minggu, 10 Oktober 2010

"Sang Pencera(ma)h" (1)

Mereka masih saja berkutat dengan caramahnya.
Tanpa mau membuat arah dan jalan yang ramah
Sedangkan rumput masih terus tergusur walaupun dalam irama yang sama
Tak pelak irama mengalun bak air deras tanpa tegun
Perang jeda dan tanya semakin meruncing dengan seru yang menderu
Seperti gergaji pohon meraung dengan keangkuhan tak kenal jemu

Aku masih tercenung di pojok jaman
Bukan pencerahan yang ditemukan, hanya nisbi dan lazim diceramahkan
Ketika penceramahan dianggap sebagai pencerahan 
Tak ayal jalan tol kebuntuan semakin menyasar tanpa tawar

Kata-kata menjadi senjata,
Bahasa menjadi kekuatan,
Ya, manakala ia beralur pada alur masa yang kenal silam
Dimana ke'disana'an dan ke'disini'an semakin menjulang tanpa selam
Ada jembatan semu yang terlupakan; antara kepercayaan dan kebenaran

Kini semakin terang kegemboran yang kau utarakan
Semakin porno dengan dalil-dalil yang seakan lama tak terpekikkan
Mengulang, mengedit, mengeja, dan melantangkan yang tak pernah dibosankan
Bagi telinga yang terpaksa tahan kepanasan
Menolak tanpa pembantahan, dalam posesifitas kesucian