Kamis, 07 Oktober 2010

Kisah Isra' Mi'raj Karya Syeikh Najmuddin al Ghaitiy (Terj. Part. 1)

“QISHASH   L-MI’RAJ OLEH AL-‘ALLAMAH NAJMUDDIN AL-GHAYTHIY


Diterjemahkan oleh.:

Cholid Ma'arif


 





KISAH ISRA’ MI’RAJ

…[HAL. 2]….
“Dengan menyebut Nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang”.
            Pada saat Nabi Muhammad Saw sedang tidur dengan posisi miring bersama dua orang laki-laki (yaitu paman dan keponakan Nabi) di kamar dalam rumahnya, tiba-tiba malaikat Jibril dan Mikail datang ...[HAL. 3]… diikuti para malaikat lain. Lalu mereka membawa Nabi menuju ke (sumur ) Zamzam. Di sana para malaikat membaringkan Nabi lalu Jibril mengurusnya.
            Dalam sebuah riwayat (lain), Jibril  (datang dengan) membuka atap rumahku (Muhammad) lalu turun dan membedah lubang lehernya sampai perut yang paling bawah. Lalu  Jibril berkata kepada Mikail:
“Berikan aku beberapa baskom air zamzam …[HAL. 4]… untuk mensucikan hati Nabi Muhammad dan melapangkan dadanya”, kata Jibril.
            Jibril pun mengeluarkan hati Muhammad dan membasuhnya tiga kali lalu membuang penyakit hatinya yang ada. Namun kemudian Mikail (sempat) meragukan Jibril untuk membawakan kepadanya tiga baskom air zamzam. Sehingga ia dating dengan membawa baskom yang terbuat dari emas berisikan hikmah dan iman. Lalu Jibril mengkosongkan hati Nabi …[HAL. 5]… dan diisi dengan kebijaksanaan, ilmu pengetahuan, keyakinan, dan keislaman. Setelah itu ditutup kembali hatinya dan diberikan tanda kenabian diantara kedua pundak beliau.
            Setelah itu seekor Buraq berpelana dan bertali kekang menghampiri beliau. Buroq adalah seekor hewan tunggangan berwarna putih, tingginya melebihi keledai, dan tidak pula sependek kuda …[HAL. 6]… ia mendaratkan kedua kakinya dan disusul kaki belakangnya sambil mengkibas-kibaskan kedua telinganya.
            Ketika telah tiba di sebuah gunung, Buroq menjejakkan kedua kakinya. Seketika ia mendaratkan kedua tangannya. Ia memiliki kedua sayap di kedua paha kakinya. Ia siap melesat dengan kedua sayap tersebut. Namun Buroq merasa terlalu berat membawa Nabi di atasnya. Jibril pun membujuk Buroq.
            “Wahai Buroq, apakah kamu tidak malu? Demi Allah seseorang yang menunggangimu adalah makhluk yang paling mulia”, kata Jibril.
            Sontak Buroq merasa malu sampai mengeluarkan keringat lalu diam, hingga Nabi menaikinya. Dahulu para nabi telah mengendarai Buroq ini. Menurut Sa’ad Ibnu Musayyab dan lainnya, Buroq merupakan kendaraan Nabi Ibrahim yang dikendarai menuju Baitul Haram. Melesatlah Buroq membawa Nabi, sedangkan Jibril …[HAL. 7]… menjaga di samping kanan beliau dan Mikail di samping kirinya.
            Menurut Ibnu Sa’ad, yang membantu mengendalikan Buroq adalah Jibril, sedangkan Mikail yang memegang tali kekangnya. Mereka kemudian berangkat hingga tiba di suatu dataran yang ditumbuhi pohon kurma. Lalu Jibril menyuruh Nabi.
            “Turun dan solatlah disini!”, kata Jibril.
            Nabi pun melakukannya setelah itu naik kembali ke atas Buroq.
            “Apakah Anda tahu tempat solat tadi?”, tanya Jibril.
            “Tidak”, jawab Nabi.
            “Anda tadi solat di Thayyibah, tempat kaum Muhajirin berhijrah”, jelas Jibril.
            Buroq melesat lagi dengan cepat membawa Nabi. Tidak lama kemudian ia mendaratkan kaki depannya lalu kaki belakangnya. Jibril berkata lagi:
            “Turun dan solatlah di sini!”, kata Jibril.
            Nabi pun mengerjakannya kemudian naik kembali ke atas Buroq.
            “Apakah Anda tahu tempat salat tadi?”, tanya Jibril lagi.
            “Tidak”, jawab Nabi singkat.
            “Anda baru saja salat di Madin, dimana pohon nabi Isa tumbuh”, jelas Jibril kemudian.
            Selanjutnya Buroq melesat memboncengi Nabi. Sejenak kemudian Jibril kembali meminta Nabi melakukan solat di tempat yang telah ditunjuk. Nabi pun melakukannya sebelum naik lagi ke punggung Buroq.
            “Apakah Anda tahu tempat Anda salat tadi”, Tanya Jibril.
            “Tidak”, jawab Nabi
            “Anda telah salat di bukit Tursina, tempat Allah pernah berbicara kepada nabi Musa”, jelas Jibril.
            Selanjutnya Nabi sampailah pada suatu tempat dan nampak di hadapan beliau sebuah istana Syam. Di sana Jibril meminta Nabi turun dan melakukan salat lagi. Beliau pun mengerjakannya lalu naik kembali ke atas Buroq. Jibril menanyai Nabi kembali:
            “Apakah Anda tahu tempat Anda salat tadi?”.
            “Tidak”, jawab Nabi.
            “Anda tadi solat di Betlehem, tempat Siti Maryam melahirkan Nabi Isa”, terang Jibril.
            Pada saat Nabi melakukan perjalanan dengan Buroq, tiba-tiba ia melihat Jin Ifrit mengejarnya sambil membawa api obor yang menjilat-jilat tiap kali beliau menengoknya. Mengetahui hal itu, Jibril pun berkata kepada Nabi:
            “Apakah Anda ingin tahu doa untuk memadamkan nyala api itu?”.
            “Ya”, jawab Rasulullah Saw.
            Lalu Jibril berkata:
            “Ucapkanlah a’uudzu bi wajhillahi l-kariim, wa bi kalimaatillahi l-tammaati l-latiy laa yujaawizuuhunna birrun wa laa faajirun, min syaarri maa yanzilu min l-samaa;i wa min syarri maa dzara;a fi l-ardhi wa min maa yakhruju minhaa, wa min fitani l-layli wa l-nahaari, wa min thawaariqi l-layli illa thaariqan yathruqu bi khairin, Ya Rahmaan (artinya: ‘Aku berlindung hanya kepada Wajah Allah yang Maha Mulia dan dengan kalimah Allah yang Maha Sempurna, tidak ada kebaikan maupun keburukan yang dapat mengunggulinya, baik keburukan yang turun dari langit maupun yang keluar dari dalamnya, juga dari keburukan yang keluar dari bumi berupa fitnah di malam hari maupun fitnah di siang hari, serta jalan-jalan di malam hari maupun siang hari, kecuali jalan yang dilalui dengan kebaikan, wahai Dzat Yang Maha Pengasih’. Selesai dibacakan doa, padamlah api tersebut.
            Selanjutnya mereka melanjutkan perjalanan hingga tiba …[HAL. 8]… pada suatu kaum yang sedang menanam gandum di satu hari dan memanennya di hari yang lain. Tiap kali mereka selesai memanen, kembali memanen lagi seperti semula dan seterusnya berulang-ulang seperti itu. Melihat peristiwa itu, Nabi bertanya:
            “Wahai Jibril, apa maksudnya ini”.
            “Mereka adalah orang-orang yang tekun berjuang di jalan Allah Swt, sehingga Dia melipatgandakan pahala mereka sampai 700 kali lipat, sedangkan Allah tidak akan memandang harta mereka karena Dia-lah Dzat Yang Maha Berbeda dengan makhluk-Nya”, jawab Jibril.
            Berikutnya Nabi mencium bau yang wangi lalu menanyakannya pada Jibril:
            “Bau apakah ini?”
            “Inilah bau wangi Siti Masyitoh, seorang budak Fir’aun dan putrid-putrinya”, jawab Jibril.
            Pada saat Masyitoh sedang menyisir rambut putrid Fir’aun, tiba-tiba sisirnya jatuh dan spontan Masyitoh berucap:
            “Demi menyebut Asma Allah, celakalah Fir’aun!”.
            Mendengar hal itu, putri Fir’aun bertanya:
            “Apakah kamu bertuhan kepada selain ayahku?”.
            “Ya”, jawab Masyitoh.
            “Tidakkah kamu takut akan saya laporkan kepada ayahku?”, ancamnya.
            “Silahkan saja”, jawab Masyitoh tenang.
            Seketika putrid Fir’aun melaporkan ihwal tersebut kepada ayahnya. Akhirnya Fir’aun pun memanggil Masyitoh dan menginterogasinya:
            “Apakah kamu bertuhan kepada selain aku?”.
            “Benar, tuhanku dan tuhanmu adalah Allah”, jawab Masyitoh.
            Karena Masyitoh mempunyai dua orang anak dan seorang suami, Fir’aun juga memanggil dan menyuruh mereka agar mau kembali dari agamanya. Namun keduanya tetap tidak bersedia, Fir’aun pun mengancam:
            “Sungguh aku akan membunuh kalian berdua!”.
            “Sebaiknya jika kamu sudah membunuh kami nanti, tempatkanlah kami dalam satu tempat!”, pinta Masyitoh.
            “Itu sudah menjadi hakku terhadap kamu”, jawab Fir’aun ketus.
            Lalu Fir’aun memerintahkan pasukannya agar menyiapkan sebuah tungku raksasa yang terbuat dari perak dipanaskan di atas bara api. Kemudian menyuruh Masyitoh dan keluarganya untuk mencebur ke dalamnya. Mereka pun menceburkan diri satu persatu hingga tiba giliran anaknya yang paling kecil dan masih menyusui. Tiba-tiba ia bisa bicara meyakinkan ibunya:
            “Wahai ibu, mari kita menceburkan diri dan usah menunda lagi karena kita memang berada di jalan yang benar”.
            Seketika menceburlah Masyitoh dan keluarganya.
            Menurut suatu riwayat, dalam liang tersebut tersimpan empat keluarga jenazah. Mereka adalah keluarga Masyitoh, nabi Yusuf, sahabat Juraih, dan Isa bin Maryam. [HAL. 9].
            [HAL.10] Berikutnya Nabi tiba pada sekelompok orang yang sedang berusaha meremukkan kepala mereka sendiri. Tiap kali kepalanya telah remuk, seketika kembali menjadi utuh seperti semula. Hal itu terus terjadi tanpa henti. Nabi pun bertanya pada Jibril:
            “Siapakah mereka?”
            “Merekalah orang-orang yang berat kepala mengerjakan salat wajib”, terang Jibril.
            Berikutnya lagi Nabi menjumpai sekelompok orang yang menutupi kemaluan depan dan belakang mereka. Sehingga mereka hanya bisa bergeletakan layaknya unta dan kambing yang memakan ranting-ranting pohon kering dan kayu zaqqum, …[HAL.11]… sedangkan neraka dan kayu bakarnya membara. Melihat ihwal tersebut, Nabi bertanya pada Jibril:
            “Siapakah mereka?”.
            “Mereka adalah orang-orang yang tidak mensedekahkan hartanya, oleh karena itulah Allah menganiaya mereka”, jelas Jibril.
            Berikutnya Nabi menjumpai sekelompok orang yang memiliki daging segar di dalam panci dan daging lain yang anyir dan busuk. Namun mereka memilih memakan daging yang anyir lagi busuk dan malah mengabaikan daging yang segar dan bersih. Nabi pun bertanya pada Jibril:
            “Apa maksudnya ini?”.
            “inilah gambaran umatmu nanti jelas sudah beristri secara halal dan sah namun memilih mendatangi wanita border dan menidurinya sampai pagi. Sebaliknya, istrinya yang sah malah menceraikannya dan tidur dengan laki-laki yang bukan pasangannya sampai pagi”, terang Jibril.
            Berikutnya Nabi juga menjumpai setumpuk kayu di tengah jalan yang jika seseorang melewatinya, sobeklah pakaiannya karena tersangkut. Nabi menanyakannya pada Jibril:
            “Apa maksudnya ini?”
            “Ini adalah perumpamaan umatmu nanti yang suka nongkrong di jalan dan mengganggu lalu lintas jalan”, jelasnya. Lantas Jibril dan Nabi pun menegur mereka:
            “Janganlah kalian duduk-duduk di jalan manapun!”.
            Mereka malah mengancam dan semakin berpaling dari jalan Allah.
            Berikutnya Nabi mendatangi seorang laki-laki yang mengumpulkan setumpuk kayu bakar namun tidak mampu membawanya karena dia terus menambahi beban bawaannya itu. Melihat ihwal tersebut, beliau bertanya:
            “Hai Jibril, apa maksudnya ini?”.
            “Inilah gambaran umatmu nanti jika diberi kepercayaan publik namun tidak mampu melaksanakannya bahkan ingin terus menambahi bebannya sendiri”, terang Jibril.
            Berikutnya Nabi menjumpai sekelompok orang yang sedang memotong lidah dan bibir mereka sendiri dengan gunting besi. Tiap kali terpotong seketika kembali menjadi utuh seperti semula dan begitu seterusnya. Nabi menanyakan ihwal tersebut pada Jibril:
            “Hai Jibril, siapakah mereka?”.
            “Merekalah orang-orang yang bicara penuh fitnah, yaitu umatmu yang suka mengatakan apa yang dia sendiri tidak pernah melakukannya”, jawab Jibril.
            Berikutnya Nabi juga menjumpai orang-orang yang berkuku tembaga sedang mencakar wajah dan dada mereka sendiri. Nabi pun menanyakannya lagi pada Jibril:
            “Siapakah mereka?”
            “Mereka adalah orang-orang yang memakan daging manusia karena dengan laba hutang”, jawab Jibril.
            Berikutnya Nabi tiba di sebuah gua kecil, tempat dimana seekor sapi jantan yang besar keluar. Tiba-tiba sapi itu ingin masuk kembali kedalam gua tetapi tidak bisa. Nabi pun menanyakannya pada Jibril:
            “Inilah perumpamaan umatmu yang banyak bicara bohong tapi kemudian menyesalinya dan tidak bisa meralat perkataannya tadi”, jelas Jibril.
            Berikutnya, ketika Nabi sedang melanjutkan perjalanan tiba-tiba ada orang yang memanggilnya dari samping kanan beliau:
            “Hai Muhammad, tengoklah kesini aku membutuhkanmu”.
            Namun beliau tidak menggubrisnya dan bertanya kepada Jibril:
            “Apa artinya ini?”.
            “Orang yang memanggil tadi adalah seorang Yahudi. Jika Anda tadi menanggapinya …[HAL.12]… maka umatmu akan menjadi Yahudi”, jawab Jibril.
            Berikutnya lagi ketika Nabi melanjutkan perjalanan tiba-tiba ada orang yang memanggilnya dari arah kiri:
            “Hai Muhammad, tengoklah kesini aku membutuhkanmu”.
            Namun beliau tidak menggubrisnya balik menanyakannya kepada Jibril:
            “Apa artinya ini?”.
            “Orang yang memanggilmu tadi ialah seorang Nasrani. Kalaupun Anda tadi menanggapinya maka umatmu akan menjadi Nasrani”, jawab Jibril.
            Ketika Nabi sedang melanjutkan perjalanan lagi tiba-tiba ada seorang perempuan dengan kedua lengan terbuka dan memakai berbagai perhiasan yang diciptakan oleh Allah Swt di kepalanya.
            “Hai Muhammad, tengoklah kemari aku membutukanmu”, sapa perempuan itu menggoda Nabi.
            Lagi-lagi beliau tidak menoleh dan bertanya kepada Jibril:
            “Siapakah dia?”.
            “Itulah gambaran dunia. Kalaupun Anda tadi meresponnya bisa saja umatmu akan memilih bergelimpang dunia daripada akhirat”, jelas Jibril.
            Lalu Nabi melanjutkan perjalanan sebelum tiba-tiba ada ada orang tua di pinggir jalan memanggilnya:
            “Hai Muhammad, tolong kemarilah”.
            “Tetaplah berjalan kedepan, hai Muhammad”, cegah Jibril seketika.
            “Siapakah dia?”, Tanya Nabi.
            “Dialah iblis sang musuh Allah yang menginginkan Anda berpihak kepadanya”, jelas Jibril singkat.
            Nabi meneruskan perjalanan tiba-tiba beliau dihadang dengan seorang nenek di pinggir jalan yang memanggilnya:
            “Hai Muhammad, tengoklah kemari aku membutuhkanmu”.
            Nabi tetap tidak menoleh lagi dan menanyakannya pada Jibril:
            “Siapakah dia?”
            “Inilah perumpamaan usia dunia yang tersisa layaknya usia orang jompo”, terang Jibril.
            Kembali Nabi melanjutkan perjalanan hingga sampailah di kota Baitul Maqdis. Beliau masuk melalui pintu Yamani sebelum akhirnya turun dari Buraq dan mengikatkannya pada sebuah pintu masjid dengan seutas tali yang dulu pernah dipakai para nabi sebelumnya.
            Dalam suatu riwayat, Jibril menghampiri sebuah bejana terbuat dari porselin, lalu memasukkan jari jemarinya ke dalamnya dan mengikatkan Buraq pada bejana tersebut dengan kuat. Kemudian beliau masuk masjid melalui sebuah pintu tempat bertemunya bayang sinar matahari dan bulan.
            Di dalam masjid, Nabi dan Jibril melakukan salat masing-masing dua rakaat. Tidak berselang lama kemudian berkumpullah banyak orang. Nabi mengenalkan cara berdiri, ruku’, dan sujud kepada para nabi. Lalu sang muadzin mengumandangkan adzan dan iqamat. Mereka pun berdiri membentuk shaf-shaf sambil menunggu siapa yang akan mengimami mereka. Seketika Jibril memohon kesediaan Nabi Muhammad Saw. Beliau pun maju dan salat berjamaah bersama para nabi.
            Diriwayatkan dari Ka’ab bahwa Jibril meminta para malaikat turun dari langit. [HAL.13]… Kemudian Allah memerintahkan Jibril untuk mengumpulkan para rasul dan nabi. Segera Nabi Muhammad Saw melaksanakan salat bersama para malaikat dan rasul. Setelah bubar, Jibril menanyai Nabi:
            “Tidak”, jawab Nabi
            “Allah telah mengutus para nabi, mereka pun memanjatkan puji kepada-Nya dengan pujian yang indah”, terang Jibril.
            “Jika mereka memuji kepada Allah, aku pun juga begitu”, sahut Nabi Muhammad Saw. Lalu beliau menyatakan ungkapan hatinya:
            “Segala puji bagi Allah Dzat yang telah mengutus aku menjadi rasul rahmat bagi semesta alam. Juga bagi segenap umat manusia untuk menyampaikan berita gembira maupun peringatan. Dia menurunkan Alqur’an kepadaku. Di dalamnya terkandung penjelasan tentang segala sesuatu dan menjadikan umatku sebagai umat terbaik yang membebaskan manus ia serta menjadikan mereka tengah-tengah. Dia menjadikan umatku sebagai golongan yang pertama dan yang terakhir. Dia melapangkan dadaku, meringankan bebanku, dan mengangkat namaku, serta menjadikan aku sebagai pembuka syafaat dan penutup para nabi”.
            “Karena itulah Allah melebihkanmu, wahai Muhammad”, seru Ibrahim Saw seketika.
            Pengalaman selanjutnya tiba-tiba Nabi merasakan dahaga yang sangat dan belum pernah dirasakan sebelumnya. Segera Jibril menghampiri Nabi dengan membawakan segelas khamar dan segelas susu, namun beliau hanya memilih susu.
            “Anda telah memilih fitrah, kalaupun Anda tadi meminum khamar maka umatmu akan celaka dan sedikit pengikutmu”, kata Jibril setelah tahu pilihan Nabi.
            [HAL.14] Dalam suatu riwayat disebutkan bahwa terdapat tiga buah gelas. Gelas yang ketiganya berisi air.
            “Andaikan tadi engkau meminum air saja umatmu mungkin akan tenggelam”, kata Jibril kepada Nabi Muhammad Saw.
            Dalam suatu riwayat lain diceritakan, salah satu dari ketiga gelas yang ditawarkan kepada Nabi adalah berisi madu yang serupa dengan air yang menenggelamkan.
            Di perjalanan berikutnya Nabi melihat sesosok makhluk dengan mata yang sangat besar dan hitam pekat ada di sisi kiri beliau. Nabi mengucapkan salam dan dia membalasnya. Nabi pun bertanya lalu mereka bercerita perihal kejadian yang menimpa mata mereka.
            Tibalah Nabi melakukan mi’raj dimana para arwah keturunan nabi Adam naik. Suatu tempat paling indah yang pernah diciptakan. Memiliki tangga yang terbuat dari emas dan perak surge Firdaus …[HAL.15]… tersusun rapi dengan mutiara di sisi kanan kirinya yang dijaga malaikat.
            Setelah itu Nabi dan Jibril naik sampai ke ujung gerbang langit dunia. Beliau diberitahu bahwa itulah pintu Hafadzah yang dijaga oleh malaikat. Nabi juga dipertemukan dengan malaikat Ismail, penjaga langit dunia. Bertempat di atas angin, sama sekali tidak pernah naik ke langit dan tidak pula turun ke bum i, kecuali pada hari meninggalnya Nabi Saw. Dia menguasai 70.000 malaikat. Tiap malaikat membawahi 70.000 bala tentara malaikat.
            Seketika Jibril minta dibukakan pintu langit namun ditanya malaikat penjaga gerbang terlebih dahulu:
            “Siapakah ini?”.
            “Aku Jibril”, jawabnya.
            “Siapa yang bersamamu?”, tanya penjaga.
            “Dialah Muhammad”, jawab Jibril. “Allah telah menjadikannya seorang Rasul”, tambahnya.
            Dalam riwayat lain diceritakan, penjaga bertanya lagi menegaskan:
            “Allah telah mengutusnya!?”.
            “Ya”, jawab Jibril.
            “Selamat datang wahai Nabi. Semoga Allah memberikan umur panjang kepada para Ahli bait, baik kepada saudara maupun para khalifah. Sebaik-baik saudara dan khalifah sama baiknya dengan seorang yang telah mendakwahinya”, sambut malaikat penjaga setelah benar-benar yakin bahwa dialah sang Utusan Allah. Lalu dibukakanlah pintu langit untuk Jibril dan Nabi.
            Pada saat …[HAL.16]… keduanya tiba, seketika di sana sudah ada Nabi Adam As. Dialah bapak manusia karena begitulah wujud pertama kali manusia diciptakan oleh Allah. Nabi ditunjukkan pada arwah para nabi dan keturunannya yang beriman. Jibril berkata kepada ruh baik:
            “Tinggallah kalian di surga ‘Illiyyin”.
            Nabi  juga ditunjukkan dengan arwah orang kafir dan keturunannya yang kufur. Jibril pun berkata kepada ruh jahat:
            “Tinggallah kalian di neraka Sijjin!”.
            Tiba-tiba dari samping kanan Nabi melihat seorang perempuan dan sebuah pintu yang mengeluarkan bau yang wangi. Sedangkan dari samping kiri Nabi melihat seorang perempuan dan sebuah pintu yang mengeluarkan bau yang busuk dan tengik. Sampai-sampai ketika Nabi menoleh ke kanan beliau tertawa senang. Namun ketika menoleh kiri beliau nampak bersedih.
            Nabi Adam lalu mengucapkan salam kepada Nabi Saw, beliau pun membalasnya.
            “Selamat datang wahai putra yang  sempurna dan sang nabi penutup”, sambut Adam kepada beliau.
            “Siapakah dia?”, tanya Nabi pada ruh Jibril.
            “Inilah bapakmu, sang nabi Adam, dan perempuan ini adalah hembusan ruh tulang rusuknya’, jelas JIbril.
            “Golongan kanan adalah penghuni surga, dan golongan kiri adalah penghuni neraka. Sehingga ketika Nabi menengok ke kanan, beliau tertawa dan bahagia. Sedangkan ketika ganti menengok ke kiri beliau menangis dan sedih.
            Adapun pintu yang ada di sisi kanan Nabi merupakan pintu surga. Sehingga siapapun pengikutnya yang memasuki pintu itu pastilah akan tertawa dan senang. Sedangkan pintu di sebelah kiri beliau adalah pintu neraka Jahannam, sehingga siapapun pengikut Nabi yang memasukinya pastilah akan menangis dan sedih.
            Sebentar kemudian Nabi melanjutkan perjalanan hingga menjumpai orang yang suka makan riba, harta anak yatim, suka berzina, dan lain sebagainya dalam kondisi yang memprihatinkan dikarenakan perbuatannya pada masa lalu, Muhammad pun turut prihatin.
            Selanjutnya Nabi naik menuju ke langit kedua. Jibril minta dibukakan pintu langit dan ditanya:
            “Siapakah ini?”.
            “Saya Jibril?”, jawabnya.
            “Siapakah yang bersamamu?”, ditanya lagi.
            “Muhammad”, jawab Jibril.
            “Apakah dia diutus Allah?”, ditanyanya.
            “Ya, benar”, jawab Jibril.
            “Selamat datang hai Muhammad. Semoga Allah memberikan umur panjang kepada para Ahli Bait, saudara dan para khalifah. Sebaik-baik saudara dan khalifah begitu pula orang yang mendatangi mereka sendiri”, sambut malaikat penjaga.
            Lalu dibukakanlah pintu langit untuk Jibril dan Nabi. Pada saat keduanya sampai …[HAL.17]… seketika beliau bertemu dengan dua putra keponakan, yaitu Isa bin Maryam dan Yahya bin Zakariya. Salah seorang diantara mereka hamper mirip dengan sahabat Nabi dalam hal pakaian dan rambut. Mereka berdua membawa seorang pengikut masing-masing.
            Isa bertubuh pendek semampai, berkulit merah keputih-putihan, berambut kucir seperti bulu merpati yang menyembul. Mirip dengan Urwah bin Mas’ud ats Tsaqafiy.
            Nabi Muhammad Saw mengucapkan salam kepada mereka berdua lalu mereka membalasnya.
            “Selamat datang wahai saudara mudaku dan sang nabi penutup”, sambut mereka.
            Mereka pun berdoa demi kebaikan Nabi Saw.
            Selanjutnya Nabi naik menuju langit ketiga. Jibril minta dibukakan pintu langit, namun ditanya terlebih dahulu.                                        
            “Siapakah ini?”.
            “Aku Jibril’, jawab Jibril.
            “Siapakah yang bersamamu?”, ditanya.
             “Dialah Muhammad?”, jawabnya.
            “Apakah dia diutus oleh Allah?”, tanya penjaga.
            “Iya, benar”, jawab Jibril.
            “Selamat datang wahai Nabi. Semoga Allah menganugrahi umur panjang kepada para Ahli Bait, saudara, dan para khalifah. Sungguh beruntung para khalifah dan saudara yang didatangi nabi”, sambut malaikat penjaga.

1 komentar:

  1. Syukron ya akh
    atas Kisah Isra' Mi'raj Karya Syeikh Najmuddin al Ghaitiy (Terj.

    banyak mendapatkan pencerahan, walau tahu sedikit dengan membaca ini menjadi lebih tahu.

    Semoga Allah menganugrahi umur panjang kepada, kita semua, keluarga kita, para guru2 kita dan saudara kita.

    BalasHapus