oleh خالد معارف pada 21 Mei 2010 jam 0:47
KM 0 disini bukanlah titik pusat kota. Ia juga bukanlah temaptr barter budaya dengan devisa pariwisatanya. Dmana para turis tidak segan untuk membeli bahkan sekalipun negera ini. Semuanya bias di beli. Tapi itu nanti. Tidak usah ditunggu mesti akan terjadi susatu saat nanti.
KM 0 disini adalah puisat kesadaran tertinggi. Jika ia kembali pada menyadarkan kita akan keber-nol-an masing0masing diri kita, jiwa kita, bahkan ambisi maupun libido masnusia untuk saling mengguasasi. Mari dengan sadara kembali ke titik nol lagi.
KM 0 juga bisa sebuah perjalanan titik kembali. Ibarat titik strart sekaligus finish dalam event balapannya Rossi. Tapi bisa saja tidak bagi Pak Marji, sang petani yang tetap merugi namun juga tidak kekah meniti jalannya sendiri. Hyanya untuk memutar hari dan menjumpai mentari esok hari.
Tidak juga berlaku bagi Kiai Sopyan. Ia selalu bernyanyi sendiri sampai tua bahkan sampai matyi nanti. Karena nyanyiannya adalah pujian bagi sholawat-sholwat pengabdian pada NABI. Ia hanya meracau dan bisa berdiri tegak di depan para jamaah solat, bisa ju8ga berdiri tegak di bawah tekanan pegawai pajak; “Hayo Pak, pajak tanahnya mana je! Cepet bayar”.
KM 0 adalah adalah masing-masing aku, kamu, dia, kami, kita, kalian, mereka, adilmu, pamanmu, Presdidenmu, bajjianganmu,. Pencoopetmu, juga malakiat dan syetan-syetan di sekelilingmu masing-masing punya KM 0 sebagai titik jalan ia berpijak.
KM 0 adalah NU, Muhammadiyah, Persis, HTI, HMI, KAMMI, IMM, PMII, GMNI, PPP, Golkar, PKB, GeRINDRA, Demokrat, TNI, IPSI, PSHT, PN, PNS, Buruh, dan baju-baju lainnya tak usah dinyana punya TITIK NOL masing-masing.
Nah, itu baru KM 0 DI jalan, gang,, dan jalan alternative masing-masing. Lalu mana jalan besar paling besarnya? Jalan raya paling rayanya? Yang jelas tidak butuh kontraktor untuk membangunnya tidak butuh lampu merha hijau kuning oklat pink ungu biru dan lampu warna lainnya untuk sekedar melewatinya. KM 0-nya nol ya jalan kemanusiaan. Aku buth hidup, kamu pun butuh hidup. Aku buth udara, panas matahari, aku butuh air hujan, kamu pun juga begitu. Karena itu lepaslah helm mu, berhentikan motormu, mobilmu, omtelmu, pesawatmu, mari kitya berkumpul disini di KM Nol ini. Lagi. Karena kendaraan-kendaraan ini sudah tidak kita butuhkan lagi. Mari kita telanjang, mencari jalan buntu menuju titik NOL-Nya. Lagi.
-maskam uin, 190510.17.04.
0 komentar:
Posting Komentar