Sabtu, 25 September 2010

"PARADOKSAL KEHIDUPAN"


oleh خالد معارف pada 25 Juni 2009 jam 6:18
“KIKUK”
Di dalam kehidupan dimana hampir semua orang berkata; “Akulah yang paling benar!”
Tanpa sadar, seorang janin dalam kandungan dengan leluasanya menghisap “darah ibu”-nya.
Darah?
Ibu?
‘Darah’ yang mana?
‘Ibu’ yang mana?
Mana yang ‘darah’?
Mana yang ‘Ibu’?
‘Mana’ yang ‘mana’?
Sementara otak dan hati terus berkelahi dengan berbagai istilah buatan manusia…
“Akankah hakikat manusia terecipta menjadi manusia yang durhaka?”

Katakan: “Tidak!”
Itupun jika kau kini menjadi orang yang paling alim di hadapannya,
Namun masih saja kau bergantung pada dengan manja berkata;”Ma, minta uangnya dong, ku pingin naik haji. Khan gengsi dilihat temanku yang pada sudah berpangkat H”
Maka, masihkah kamu mengaku sebagai orang paling alim di hadapannya,
Dan di hadapan teman-temanmu?...

Katakan; “Tidak!”
Itupun jika kau kini menjadi tokoh di kampungmu..
Namun masih saja kau memainkan kartu Tarot di tetangga kampungmu dengan lantang berkata:
“Hey, coy berapa nomor hari ini?! Ayolah taruhan kok setengah-setengah..”
Maka, masihkah kamu mengaku kutu sebagai tokoh terpandang bagi singgasana hatimu.

Katakan: “Tidak!”
Itupun jika kau kini menjadi orang yang paling intelek di kantormu.
Namun, masih saja kau pintar memainkan otak dan jemarimu untuk menambah dan mengurangi angka dalam laporanmu., sambil berkata: “Demi keamanan bersama..”
Maka, masihkah kamu mengaku otakmu adalah segala-galanya bagimu.
Sedangkan disana terali besi tengah merindukanmu.

Ah, lain kali akan ku katakana dengan lantang.
“Ya, aku adalah anak yang durhaka!”
Aku menendang ‘ibu’-ku, aku memukulinya, menamparinya hingga pingsan, lalu aku memperkosanya hingga sobek-sobek klitorisnya
Namun, masih saja aku bangga dengan apa yang aku lakukan,
Karena “ibu” itu adalah hawa nafsu terbesar dalam hisapanku.

Ah, lain kali ku katakan dengan lancang lagi
“Ya. aku adalah orang durhaka karena korupsi berjuta-juta nilainya”
Aku merekap anggaran, membelanjakannya, menikmatinya, lalu melenyapkannya hingga semua orang bertepuk riuh dengan ulahku itu.
Namun, masih saja mereka bertepuk mendukungku dengan argument yang ‘bla-bla-bla’.
Karena yang aku korupsi adalah hasil korupsi orang kesekian.

Ah, lain kali kuulangi lagi dengan lebih pantang lagi.
“Ya, aku adalah seorang pemberontak semua tatanan tanpa ampun.
Aku berargumentasi, menyelidiki, mengkritisi, memprovokasi memberontak hingga semuanya runtuh tanpa sisi. Tanpa tahu dari sisi mana aku akan dikepung longlongan anjing pelacak.
Namun, masih saja ku terpaku dengan tangan terkepalku hingga beruban rambut ketiakku.
Karena yang ku berontak adalah struktur yang penuh ‘kongkalikong’ yang bangga atas nama.

Masihkah aku, kau, kita, mereka berkata: “Aku, e, kau, e, kita, e, mereka yang paling benar!”

Maskam uin, 17 januari 2009, 18.00 wib.
liscolukys

0 komentar:

Posting Komentar